Selasa, 05 Maret 2013

ANTARA ALLAH DAN MALAIKATNYA


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"
Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
Allah berfirman: Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Rangkaian ayat ini jika merujuk pada tafsir yang ditulis
 Ali as-shabuni, maka rangakaian ayat  ini adalah rangakain informasi yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad agar diceritakan kepada kaumnya. Secara tersurat tafsiran yang ditulis ali as-shabuni ini tidak menerangkan  bahwa rangkain ayat diatas adalah salah satu bentuk uslub dalam al-Qur’an yakni jadal. jadal berarti saling tukar pikiran atau pendapat dengan jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau pendapatnya dalam suatu perebatan  Namun secara tersirat penafsiran ali as-shabuni menunjukan adanya jadal dalam rangkain ayat ini. Karena antara Allah dan malaikat masing-masing mengeluarkan argument yang dimilki.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
ayat ini merupakan awal permasalahan dimulai, Allah SWT meberikan pernyataan kepada malaikat “Aku akan menjadikan khalifah dibumi sebagai pengganti-Ku dan penerap hukum-hukum-Ku dibumi. Yang Ku ciptakan bernama Adam “. Malaikat mendengar pernyataan Allah heran dan ingin tahu argument Allah menciptkan Adam, “ya Allah kenapa Kau mewakilkan diri kepada manusia dibumi?? Padahal mereka berbuat kerusakan dengan bermaksiat, dan saling menumpahkan darah padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?
Respon malaikat diatas menunjkan seolah-olah malaikat tidak setuju dengan dengan penciptaan Adam. Pernyataan sekalligus pertanyaan malaikat tersebut di bantah Allah, “sesunggguhnya Aku lebih mengetahui segala sesuatu yang tidak kalian ketahui mengenai hikmah penciptaan khalifah.
Sebagai Tuhan yang maha segalanya sah-sah saja Allah berkata seperti itu, andaikata tidak diikuti argument pun pernyataan Allah tidak terbantahkan. Namun Allah maha bijaksana, Allah mengajarkan teori berdebat baik bagi hambanya, walaupun Allah memilki kekuasaan absolut, Allah tetap memberikan argument-Nya.
Sebagai argument bahwa Allah lebih tahu hikmah penciptaan khalifah adalah dengan menyuruh Adam menyebutkan nama-nama benda yang bernama, setelah Adam selesai mennyebutkan Allah memerintahkan Malaikat untuk menyebut apa yang telah disebutkan Adam tadi dan ternyata malaikat tidak mampu mennyebutkannya.
Malaikat kalah beradu argument dengan Allah (jadal), tetapi malaikat  berlapang dada dan legowo serta mengakuinya. Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, adalah bukti bahwa malaikat telah kalah dalam beradu argument dan menerima argument Allah.
Pada ayat terakhir dirangkain ayat diatas dapat dilihat, ternnyata didalam perdebatan pasti golongan yang kalah dalam berdebat terbagi  menjadi dua : yang pertama golongan yang menerima kekalahan dengan lapang dada dalam yat di atas digambarkan dengan malaikat, dan yang kedua golongan yang tidak mau menerimanya digambarkan dengan iblis.

b. hikmah (ibrah) yang dapat diambil:
terlepas dari segala perdebatan ulama mengenai, kenapa malaikat bisa tidak setuju dengan  keputusan Allah, padahal malaikat tidak mempunyai nafsu. Dan perdebatan adakah makluk di bumi sebelum Adam, serta benar tidaknya percakapan itu terjadi rangkaian ayat diatas dapat diambil ibrahnya. Antara lain:
mengajarkan manusia untuk bermusyawarah dengan orang lain dalam berbagai permasalahan sebelum mengambil keputusan. Secara Absolut sebenarnya Allah tidak perlu memberitahukan kepada malaikat tentang penciptaan Adan dan tidak perlu pula saling  beradu agumentasi dengan malaikat. Namun Allah yang maha bijaksana mengajarakan manusia untuk selalu bermusyawarah dalam segala urusan, walaupun sudah memiliki derajat, pangakat maupun jabatan yang tinggi.
Dalam melakukan perdebatan, harus disertai argument yang jelas dan logis dari rangkaian ayat diatas antara Allah dan malaikat saling beradu argument. Masing-masing memiliki alasan kenapa setuju dan kenapa tidak setuju. Dengan demikian rangakain ayat tersebut mengajarakan kepada manusia untuk menggunakan argument yang jelas dan logis dalam melakukan perdebatan, tidak mendepankan emosi.
Jika ternyata argument yang diungkapkan terpatahkan dengan argument yang lain, maka harus menerima dengan lapang dada. Ini dapat dilihat dari ayat terakhir dalam rangakaian ayat diatas. Malaikat adalah contoh orang yang kalah dalam beradu argument dan mau menerima kekalahan itu dengan lapang dada, sedang iblis adalah contoh orang yang kalah dalam berargument namun tidak mau menerima kekalahan itu.