CERITA TENTANG NABI SULAIMAN DAN SEMUT
وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ
وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
“Dan dihimpunkan
untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur
dengan tertib (dalam barisan).”
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا
أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ
وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
“Hingga apabila
mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut,
masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ
أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ
أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ
الصَّالِحِينَ
“maka dia
tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia
berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan
untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
PENAFSIRAN
Dari sekian kitab tafsir yang penulis baca, kebanyakan
kitab-kitab tersebut lebih terfokus tentang penjelasan kata-perkata.
Sebagaimana yang terdapat pada tafsir al-Qur’an al-A’dzim yang ditulis oleh
Ibnu Fada’ Al Hafidz Ibnu Kasir menafsirkan potongan ayat وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ
وَالطَّيْرِ dengan keadaan
pasuakan Nabi Sulaiman yang terdiri dari bangsa jin, manusia dan burung-burung.
Pasukan manusia berada didepan kemudian di ikuti oleh pasukan jin selanjutnya
burung-burung berada di atas kepala mereka sebagai pelindung dari panas
teriknya matahari. Sedang potongan ayat فَهُمْ يُوزَعُونَ ditafsiri dengan
barisan yang tertib yang tidak saling
mendahului, tersusun rapi sebagaimana pasukan-pasukan kerajaan saat ini. [1]
Ayat diatas menyebutkan bahwa pasukan nabi Sulaiman terdiri
dari, manusia, jin dan burung saja. Padahal tentu saja ada binatang lainnya
sebagai alat perang beliau, katakanlah seperti kuda. Di sinilah menurut Quraish
Shihab memberikan penafsiran kenapa yang disebutkan hanya tiga makhluk itu, hal ini dikarenakan ketiga
makhluk itu saja yang akan ditampilkan perananya yang besar dalam kisah ini. Burung Hud-hud misalnya,
mengabarkan kepada nabi Sulaiman tentang
kerajaan Saba’ dan diutus untuk menemui sang ratu, jin Ifrit yang menawarkan
memindahakan singgasana ratu dalam waktu setengah hari dan manusia hamba Allah
yang membawa singgasana ratu dalam waktu sekejab mata. Quraish Shihab juga menegaskan bahwa tidak
semua dari golongan jin, manusia dan burung-burung tunduk kepada Nabi Sulaiman,
hal ini dikarenakan kerajaan nabi Sulaiman hanya meliputi daerah Timur Tengah
yang dewasa ini dikenal dengan Palestina,Suriah,Libanon dan Irak.[2]
PENAFSIRAN AYAT 18:
(حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ) yang dimaksut dengan wadi naml adalah lembah yang banyak dihuni
oleh semut. Dalam beberapa tafsir diantara dalam tafsir Ibnu Baris dikatakan
lembah semut tersebut berada di daerah Syam atau mungkin berada di Hijaz. (قَالَتْ نَمْلَةٌ) menurut Assyiba’i semut yang dimaksut dalam ayat ini mempunyai dua
sayap. Potongan ayat ini yang
menimbulkan permasalahan para mufassir, apakah semut yang berteriak itu
laki-laki ataukah perempuan?? Menurut
imam Abu Hanifah semut perempuan dengan
argumen pada lafadz Qaala terdapat tambahan ta ta’nis , karena jika semut jantan tidak perlu ada tambahan ta’
ta’nis. Pendapat ini ditolak oleh abu
hibban dengan sederet alasan yang dapat dibaca dalam kitab tafsir khatib
halaman 93. ( يَا
أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ ) Hai semut-semut masuklah ke dalam sarang-sarangmu. Masuk sebelum pasukan nabi sulaiman sampai ketempat
ini. (لا يَحْطِمَنَّكُمْ) agar kamu tidak terinjak oleh
pasukan Sulaiman. Artinya masuklah dalam sarang dan
jangan keluar dari sarang agar kalian
tidak terinjak.( وَهُمْ
لا يَشْعُرُونَ) menurut Quraish Shihab lafadz ini menunjukan semut tidak menyalahkan
nabi Sulaiman dan pasukannya seandainya meraka terinjak-injak. Kata semut,
pastilah nabi Sulaiman tidak menyadari keberadaan mereka di sana.
Ayat diatas menurut Quraish Shihab menunjukan bahwa semut merupakan hewan yang hidup
bermasyarakat dan berkelompok. Hewan ini mempunyai etos kerja yang tinggi dan
sikap kehati-hatianyang luar biasa. Keunikan yang lain dimiliki oleh semut
addalah menguburkan annggotanya yang
mati. Itu merupakan keistimewaan semut yang terungkap melalui penelitian
ilmuan. Dalam tafsir ibnu baris
disebutkan bahwa semut merupakan hewan yang memilki rasa sosial dan solidaritas
yang tinggi. Mereka tidak egois dan tidak mementingakan kepentingan
sendiri.
PENAFSIRAN AYAT 19:
فَتَبَسَّمَ maka sulaiman tersenyum. Sennyum merupakan gerak ekspresif tampa suara untuk menunjukan
rasa gembira dan rasa senang dengan mengembangkan bibir ala kadaranya. ضَاحِكًا tersenyum yang disertai suara baik
suara yang kecil maupaun yang eledak-ledak.
Potongan ayat bermaksut menggambarkan bahwa nabi Sulaiman bahwa tawa
nabi Sulaiman bukanlah tawa yang disertai dengan suara, tetapi hampir saja saja
senyum beliau itu sisertai suara. Ayat in ijuga menunjukan agama tidak melarang
seseoarang untuk tertawa. Nabi Muhammad pun tertawa sampai terlihat gigi
geraham beliau. Yang dilarang dalam agama adalah menjadikan hidup seluruhnya
canda tawa tampa memikirkan hal-hal yang
serius.[3] أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ
وَعَلَى وَالِدَيَّ dan ilhamkan padaku untuk
mensyukuri nikmat yang telah kau berikan pada ku, diantara nikmat itu adalah
mengetahui pembicaraan burung dan hewan-hewan. Dan bersyukur atas nikmat yang
diberikan kepada oranng tua ku berupa nikmat islam dan iman.[4] Mengutip dari kitab Al Misbah, ayat
ini secara tidak langsung membantah tuduhan negatif terhadap ibu nabi Sulaiman.
Dalam perjanjian lama disebutkan bahwa ibu beliau pernah melakukan hubungan
seks dengan nabi daud semasa hidup suaminya yang pertama yaitu Oria(baca
perjanjian lama samuel 11-12)أَعْمَلَ
صَالِحًا تَرْضَاهُ yakni perbuatan yang Kau sukai dan Kau ridhai. وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ maksutnya matikan aku dalam keadaan sholih dan
pertemukan aku dengan orang-orang yang sholih pula.
PENGEMBANGAN PENAFSIRAN
Ayat 17
وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ
وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
“Dan dihimpunkan
untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur
dengan tertib (dalam barisan).”
Ayat ini menujukan jika ingin negara yang kuat sebagimana yang dimiliki oleh nabi
Sulaiman maka perhatikan dan perkuat aspek militer. Baik angkatan darat(dalam
ayat ini digambarkan pasukan manusia yang dikawatirkan oleh semut akan
menginjak-injak mereka), maupun angkatan udara, yang disebutkan dengan
burung-burung dalam ayat ini. Penulis mempunyai anggapan kenapa angkatan laut
tidak di ibaratkan dalam ayat di atas, menurut hemat penulis hal ini
dikarenakan kerajaan nabi Sulaiman saat itu jauh dari laut, sehingga ketika itu
angkatan laut tidak dibutuhkan. Kemungkinan yang lain adalah ketika saat itu
sistem pertahanan laut atau angaktan laut belum dikenal. Hal inilah yang
terjadi saat ini, negara yang militernya kuat secara keseluruhan pasti
berpengaruh di dunia.
Selain itu untuk membangun negara, seorang pemimpin harus mampu
mengatur bawahannya dalam hal ini dapat dikatakan para menteri-menteri dengan
baik. Jika pemimpin belum mampu mengatur dengan baik maka sebuah negara akan
sulit menjadi negara yang maju sebagaimana negara yang dimilki oleh nabi
Sulaiman. Hal ini tersirat dalam potongan ayat فَهُمْ يُوزَعُونَ
Ayat 18
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا
أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ
وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
“Hingga apabila
mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut,
masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";
Ayat ini mengisyaratkan untuk selalu waspada dalam menghadapi musibah.
Seekor semut yang berteriak memperingatkan kaumnya untuk menyelamatkan diri dari injakan
pasukan nabi Sulaiman jika di tarik pada zaman sekarang tak ubahnya Badan
Meteorologi Kelimatologi dan
Geofisika(BMKG) atau lembaga semacamnya
yang mampu memprediksi gunung meletus, hujan deras yang memungkinkan banjir dan
lain sebagainya.
Ayat 19
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ
أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ
أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ
الصَّالِحِينَ
“maka dia
tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia
berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan
untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
Ayat diatas memmberikan contoh figur seorang pemimpin. Maka
nabi sulaiman tersenyum , penggalan ayat ini menunjukan seoarang pemimpin
harus rensponsif terhadap penderitaan dan keluhan rakyat kecil (penulis
menganalogikan semut dengan rakyat kecil). Sikap lain yang terrcermin dalam ayat ini
adalah seorang pemimpin harus mempunyai perangai yang baik dan selalulu
berusaha melakukan perbuatan baik. Kata أَوْزِعْنِي yang disambungkan dengan أَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا menunjukan seorang pemimpin harus selalu berkomunikasi
dan konsultasi dengan pemimpin yang lain
agar kebijakan yang diambil menjadi kebija`an yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar