a.
Teks surat An-Nahl ayat: 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللَّهَ وَاجْتَنِبُواْ
الْطَّـغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ
الضَّلَـلَةُ فَسِيرُواْ فِى الاٌّرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَـقِبَةُ
الْمُكَذِّبِينَ.
Terjemah Ayat
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826]
itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826].
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
a. Munasabah
Pada ayat-ayat sebelumnya,
Allah SWT menjelaskan bahwa tindakan yang tepat bagi orang-orang yang musyrik
ialah menjatuhkan azab yang membinasakan mereka, seperti dialami oleh orang-orang
musyrik sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak dapat memberikan
alasan apapun karena Allah SWT telah memberikan bimbingan-Nya melalui rasul.
Mereka lebih sering mengikuti ajaran nenek moyang mereka daripada mengikuti
wahyu yang membimbing mereka kepada kebenaran. Dalam ayat-ayat berikut Allah
menjelaskan bahwa ia telah mengutus kepada tiap-tiap umat seorang rasul untuk
memberikan bimbingan wahyu kepada mereka.[1]
b. Pengertian Global
Dalam Surat An-Nahl Ayat
36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi para pembangkang
dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu,
maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang.
Kata (الْطَّـغُوتَ) thaghut
terambil dari kata (طغى)
thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam
arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat
buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup
segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada
Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap manusia.[2]
Allah mengabarkan kepada
kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik umat yang memperoleh dan
mendapat petunjuk dari Allah Swt. ataupun ummat yang membangkang karena
didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan menjadi bekal agar
manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya.
Beberapa pelajaran yang dapat
diambil dari ayat ini yaitu:
1. Perintah untuk
tidak beribadah selain kepada Allah dan tidak mengingkarinya/kafir.
2. Perintah untuk
menjauhi syaitan dan sekutunya.
3. Dapat mengambil
pelajaran pada setiap kesalahan yang pernah diperbuat oleh ummat terdahulu dan
tidak mengulanginya kembali.[3]
c. Tafsir Ayat
Kemudian daripada itu
Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai dengan Sunatullah,
yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke
jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang
dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan
kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan
dan jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan
Rasul itu.
Allah SWT menjelaskan
bahwa Dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat yang terdahulu,
seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia seluruhnya.
Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya
kepada Allah SWT yang tidak mempunyai serikat dan larangan mengingkari
seruannya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang
selalu-menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang benar. Setan-setan itu
selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan manusia.
Allah SWT berfirman
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Q.S Al Anbiya': 25)
Dan firman Nya lagi
Artinya: Dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus
sebelum kamu: "Adakah Kami menentukun Tuhan-tuhan untuk disembah selain
Allah Yang Maha Pemurah?". (Q.S Az Zukhruf: 45)
Dari uraian tersebut
dapatlah dipahami bahwa secara yuridis Allah tidak menghendaki hamba Nya
menjadi kafir, karena Allah SWT telah melarang mereka itu mengingkari Allah.
Larangan itu telah disampaikan melalui Rasul-Nya. Akan tetapi apabila ditinjau
dari tabiatnya, maka di antara hamba Nya mungkin saja mengingkari Allah, karena
manusia telah diberi pikiran dan diberi kebebasan memilih sesuai dengan
kehendaknya. Maka takdir Allah berlaku menurut pilihan mereka itu. Maka apabila
ada di antara hamba Nya yang tetap bergelimang dalam kekafiran dan dimasukkan
ke neraka Jahanam bersama sama dengan setan-setan mereka, maka tidak ada alasan
bagi mereka untuk membantah, karena Allah telah cukup memberikan akal pikiran
serta memberikan pula kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap jalan mana
yang harus mereka tempuh. Sedang Allah sendiri tidak menghendaki apabila hamba
Nya itu menjadi orang-orang yang kafir.
Kemudian Allah SWT
menjelaskan bahwa Allah telah memperingatkan sikap hamba Nya yang mendustakan
kebenaran Rasul. Dengan mengancam mereka akan memberikan hukuman di dunia
apabila setelah datang peringatan dari Rasul, mereka tidak mau mengubah
pendiriannya. Allah SWT menjelaskan bahwa setelah mereka kedatangan Rasul ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan diberi taufik karena mereka telah
mempercayai Rasul, menerima petunjuk-petunjuk yang dibawanya serta suka
mengamalkan petunjuk-petunjuk itu. Mereka inilah orang-orang yang berbahagia
dan selamat dari siksaan Allah. Akan tetapi di antara mereka ada pula yang benar-benar
menyimpang tidak mau mengikuti petunjuk Rasul Nya, dan mengikuti tipu daya
setan-setan, maka Allah membinasakan mereka dengan hukuman Nya yang sangat
pedih. Dan Allah menurunkan pula berbagai macam bencana yang tidak dapat mereka
hindari lagi.
Sesudah itu Allah SWT
memerintahkan kepada mereka agar berkelana di muka bumi serta menyaksikan
negeri-negeri yang didiami oleh orang-orang zalim. Kemudian mereka disuruh
melihat bagaimana akhir kehidupan orang-orang yang mendustakan agama Allah. Di
dalam ayat ini Allah SWT menyuruh manusia agar mengadakan penelitian terhadap
sejarah bangsa yang lain dan membandingkan di antara bangsa-bangsa yang menaati
Rasul dengan bangsa-bangsa yang mengingkari seruan Rasul agar mereka dapat
membuktikan bagaimana akibat dari bangsa-bangsa itu. Hal ini tiada lain
hanyalah karena Allah menginginkan agar mereka itu mau mengikuti seruan Rasul
dan melaksanakan seruannya.
d. Tafsir Al-Azhar An-Nahl ayat: 36
“Dan sesungguhnya telah kami utus pada tiap-tiap ummat seorang rasul, agar
mereka menyembah kepada Allah, dan menjauh dari berhala-berhala.”(pangkal ayat 36).
Sebagai ditafsirkan oleh ibnu katsir: “ Maka senantiasalah Allah mengutus
Rasul-rasul kepada manusia, menyeru manusia supaya menyembah Allah yang Esa dan
menjauhkan diri dari Thaghut, sejak terjadinya manusia mempersekutukan
yang lain dengan Allah pada kaum Nuh, yang diutus kepada mereka Nuh. Maka Nuh
itulah Rasul yang mula-mula sekali diutus oleh Allah ke muka bumi ini, sampai
di tutup dengan kedatangan Muhammad s.a.w. yang dakwahnya melingkupi manusia,
dan jin di timur dan barat, dan sama sekali itu adalah menurut satu pokok
Firman Allah, yaitu membawa Wahyu bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
hendaklah kepada Allah saja beribadah.”
Kata Ibnu Katsir
seterusnya : “ Tidak ada Allah ta’ala menghendaki bahwa mereka menyembah kepada
yang selain Dia, bahkan Dia telah melarang mereka berbuat demikian dengan
perantaraan lidah Rasul- rasulnya. Adapun kehendak Allah didalam mewujudkan
sesuatu yang mereka ambil alas an mengatakan takdir, tidaklah hal itu dapat
dijadikan hujjah, karena Tuhan Allah memang menciptakan neraka, dan penduduknya
ialah syaitan-syaitan dan kafir-kafir, tetapi tidaklah Allah Ridla hambaNya
jasi kafir. Dalam hal ini Tuhan mempunyai alas an yang cukup dan kebijaksanaan
yang sempurna.”
“Maka diantar mereka ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada yang
tetap atasnya kesesatan, Maka berjalanlah di bumi dan pandanglah, bagaimana
kesudahannya orang-orang yang mendustakan.”(ujung ayat 36)
Keterangan ayat ini Allah
menunjukkan perbandingan diantara orang yang mendapat petunjuk Tuhan dan
orang-orang yang sesat. Manusia disuruh memandang dan merenungkan perbedaan
diantara hidup kedua golongan itu. Kita disuruh berjalan dimuka bumi dan
memperhatikan bagaimana akibat dari orang yang mendustakan Tuhan, orang yang
tidak sudi menerima kebenaran. Dalam ayat ini Allah menjelaskan tidak akan
selamat orang yang mendustakan ajaranNya.[4]
[1]Ibid, hal: 271
[2] Moh Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Vol:03, (Jakarta:
Pustaka Lentara hati, 2002), hal:224
[3]Departemen
Agama RI, Al-Quran Bayan, ( Jakarta: Quran Bayan , 2009)hal: 271.
[4]H.Abdul Malik(HAMKA) Tafsir Al-Azhar Juz “13 dan 14.(Pustaka panimas:jakarta.2000) Hal:242-243.
Bet on sports online, casino games, poker and more in
BalasHapusWith a few clicks, you have the chance 화성 출장마사지 to 나주 출장마사지 bet on the 춘천 출장샵 best games from the comfort of 진주 출장샵 your own home! Bet online with 평택 출장안마 Betway!