Senin, 13 Mei 2013

ISTIFHAM DALAM AL-QUR'AN




A.    Pengertian Istifham
Secara bahasa istifham berasal dari kata fahama yang berarti mengetahui sesuatu dengan hati, imam Sibawaihi menambahi yaitu sesuatu pengetahuan dengan hati dan akal.[1] Istifham juga berartiطلب الفهم , sedang secara istilah istifham adalah mencari tahu sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan salah satu dari adawat al-istifham.[2] Huruf-huruf istifham antara lain hamzah, ما، هل، من، اى، كيف dan lain sebagainya.[3]

B.     Pembagian Istifham
Istifham terkadang keluar dari makan hakikatnya sebagai thalbu al-fahmi. Makna-makna yang tercangkup dalam istifham yang keluar dari makna aslinya secara garis besar dibagi menjadi dua bagian:
1.      Istifham bi makna al-khabar
Istifham bi makna al-khabar ini terbagi menjadi dua, pertama istifham nafi atau biasa juga disebut dengnan istifhan al-inkar dan yang kedua istifham istbat atau bisa disebut dengan istifham taqrir. 
a.      Istifham al-nafi/ istifham al-inkar
Istifham ingkar, ini dibagi menjadi dua:
Pertama, memberitahukan kepada mukhatab bahwa orang yang dimaksud dalam pernyataan istifham tidak mungkin mampu melaksanakan pertanyaan itu karena berada diluar batas kemampuannya. Sebagaimana contoh firman Allah dala surat Az-Zukruf ayat 40:
أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ
Maka apakah dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar ataukah kamu dapat memberi petunjuk bagi orang yang buta?
Ayat diatas mengisyaratkan tidak mungkin ada orang mampu membuat orang tuli bisa mendengar. [4]
Kedua, istifham inkar kadang bersama dengan takdzib (pembohongan). Sebagaimana firman Allah dalam surat An-naml ayat 60:
أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ
Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?
b.      Istifham taqrir/istbat
Istifham istbat ini terdapat beberapa macam, diantaranya:
Pertama, istifham yang murni sebagai penetap, seperti contoh firman Allah dalam surat al-Anbiya’ ayat 62:
أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا
Adakah kamu yang melakukan perbuatan ini?
Kedua, isbat atau ketetapan yang dibarengi dengan rasa membanggakan diri, seperti firman Allah yang menggambarkan perkataan Fir’aun dalam surat Az-Zukhruf ayat 51:
أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ
Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku?
Ketiga, istbat yang bersamaan dengan kecaman. Hal ini sebagaimana contoh firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 97:
أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً
Bukankah bumi Allah itu luas?
Maksudnya bumi Allah itu luas, kenapa tidak kalian beirmigrasi di belahan bumi yang lain??
Keempat, istbat dengan disertai teguran contoh dalam firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 16:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah
Menurut Ibnu Mas’ud ayat ini adalah teguran dari Allah untuk umat Islam.
Kelima, tabkit (celaan), menurut As-Sukaky ayat yang menjadi contoh model takrir ini adalah firman Allah dalam surat al-maidah ayat 116:
أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ
Adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibu ku dua orang Tuhan selain Allah?
Ayat ini merupakan bentuk celaan terhadap kepercayaan dan keyakinan orang-orang nasrani yang menganggap Isa dan Maryam sebagai Tuhan.
Keenam, taswiyah (sama), sebagimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Yassin ayat 10:
وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak.
Ketujuh, takdzim (penghormatan), contoh ini terdapat dalam firman Allah surat Al-Baqarah 255:
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ
Adakah orang yang memberi syafaat di sisi Allah tanpa izinNya
Kedelapan, tahwil (menakuti), sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Haqqah ayat 1-2:
الْحَاقَّةُ
مَا الْحَاقَّةُ
Hari kiamat
Apakah hari kiamat itu?
Kesembilan, memudahkan dan meringankan (tashil wa takhfif), seperti firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 39:
وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا بِاللَّهِ
Apakah kemudharatannya bagi mereka kalau mereka beriman kepada Allah
Kesepuluh, tafajju’ (kesedihan), contoh dalam surat al-kahfi ayat 49:
مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلا كَبِيرَةً إِلا أَحْصَاهَا
Kitab apakah ini? Yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) meninggalkan yang besar melainkan ia mencatat semuanya.
Kesebelas, taksir (banyak), sebagaimana firman Allah suarat al-A’raf ayat 4:
وَكَمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا
Betapa banyak negeri yang telah kami binasakan?
Keduabelas. Isytirsyad (meminta petunjuk) contoh dalam firman Allah surat al-baqarah ayat 30:
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
Tidakkah Kau jadikan orang yang akan membuat kerusakan di muka bumi?[5]


2.      Istifham Bi Makna Al-Insya’i
Istifham dalam bentuk ini memiliki macam yang banyak diantaranya:
Ø  Amr, seperti firman Allah dalam surat Yunus ayat 3:
أَفَلا تَذَكَّرُونَ
Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?  Maksudnya ambillah pelajaran.
Ø  Nahi, contoh firman Allah dalam surat al-infithar ayat 6:
مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhan mu yang pemurah, maksudnya janganlah kamu terperdaya
Ø  Tazkir/pengingat, sebagaimana firman Allah dalam surat Ad-Dhuha ayat 2:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى
Bukankah Dia mendapatimu sebagai orang yatim, lalu Dia melindungimu
Ø  Tahdir/kewaspadaan, contoh firman Allah dalam surat al-Mursalat ayat 16:
أَلَمْ نُهْلِكِ الأوَّلِينَ
Bukankah kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu
Ø  Tanbih/peringatan, contoh dalam firman Allah surat al-Baqarah ayat 258:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah)
Ø  Targhib/penyemangat, sebagaimana firman Allah surat as-shaf ayat 10:
هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ
Sukakah kamu aku tunjukan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan?
Ø  Tamanni/mengharap sesuatu yang sulit bahkan tidak mungkin terjadi, contoh dalam firman Allah surat Al-A’raf ayat 53:
فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ
Adakah bagi kami pemberi syafaat?
Ø  Du’a, ini seperti nahi, tetapi kalau du’a dari bawahan ke atasan, sebagaimana contoh firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 155:
أَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاءُ
Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan oranng-orang yang kurang akal?
Ø  Istibtha’/mendapati lambat, sebagaimana firman Allah surat Yasiin ayat 48:
مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Kapankah (terjadi) janji ini (hari bangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?
Ø  Iyaas/keputusasaan, sebagaimana contoh firman Allah dalam surat at-takwir ayat 26:
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ
Maka kemanakah kamu akan pergi?
Ø  Inaas/keramah tamahan, contoh firman Allah dalam surat Thaha ayat 17:
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى
Apakah itu yang ditangan kananmu hai Musa?
Ø  Ta’ajub, contoh firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 28:
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ
Mengapa kamu kafir kepada Allah?
Ø  Mengejek/memperolok-olok, contoh firman Allah dalam surat Hud ayat 87:
أَصَلاتُكَ تَأْمُرُكَ
Apakah agamamu yang menyuruh kamu
Ø  Tahqir/penghinaan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Furqan ayat 41:
وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولا
Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad) mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan, (dengan berkata) inikah orang yang diutus Allah sebagai rasul?
Ø  Istib’ad, seperti firman Allah dalam surat ad-dukhan ayat 13:
أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ
Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan
Ø  Taubikh/celaan, teguran, kecaman, sebagaiaman firman Allah surat Ali Imran ayat 83:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah?[6]



[1] Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-arab, Cet. III (Bairut: Da>r ih}ya> al-Tura>s| al-‘Arabi, 1999) Jil 10 343
[2] Isa a’li, al-kafi fi Ulum al-balaghah al-a’rabiyah, (libanon :jamiah al-maftuhah, 1993),. 263
[3] al-khatib al-qaziwini, al-idhah fi ulum al-balaghah, bairut, dar al-kutub al-alamiyah tt
[4] Muhammad bin Abdillah az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Al-ulum Al-Qur’an, (Bairut: maktabah al-a’shriyah, 2006) 204-205
[5] Ibid.,206-210
[6] Ibid.,210-213

Tidak ada komentar:

Posting Komentar